PARADE
Aku masih berdiri mengiring angin
Suara parau hampir nyata terdengar
Seperti rintihan tetangga idiot menggema tiap malam
Ceritamu tentang aku juga ceritaku tentangmu berparade
Dedalane, guno lawan yekti…
Kudu andhap ashor
Aku masih berdiri menatap awang-awang
Jarak yang tak tentu antara bumi dan rembulan
Masing masing punya poros perjalanan
Entah pada titik mana arah kita bersinggungan
Wani ngalah luhur wekasane
Waktu tak pernah mau mengalah
tapi kita bukan semacam jam yang hanya punya angka dua belas
ada kisah yang harus ditela’ah
singgah baca sejarah mungkin lebih bisa bertutur indah
Tumungkulo yen dipun dukani
Diam bukan emas
karena tak mungkin ada parade bisu
batu jatuh berdebum, bolam lampu memuai panas terbelah belah
Ini bukan salah, tapi alamiah
Bapang den simpangi
Ono catur mundur
Ataukah memang tak perlu ada suara?
Karena telinga di kepala jauh jarak rasa dalam dada
Parade tak perlu ada?
Karena semua asik bercerita suka-suka
(Wisma Ijo, 20 Juli 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar