Jumat, 21 Agustus 2009

Puisi 7

EKSEKUSI..

Mungkin suatu saat,
Ibarat palu sang penentu bertalu-talu menggetarkan hatimu
Kau atau aku tak bisa mengelak

Kaki luput, tangan dan jemari terpulut
Mata tertutup, mulut terkatup
Ketika segala pengaduan dan pembelaan ditutup
Tak ada lagi yang bisa kaueja dalam huruf-huruf
Redup…
Sayup…
Adakah bayangan aroma surga atau neraka terhirup
Pada jeda antara mati dan hidup

Kuceritakan padamu,
Aku sedang terpenjara menunggu eksekusiku
Menyiapkan dada selebar-lebarnya
Menyangga kepala sekuat-kuatnya
Hanya itu,
Wisma Ijo, 21 Agustus 2009

Tidak ada komentar: